Sejarah Desa
Sejarah Desa
Pada zaman dahulu kala, nenek moyang kita bercerita (Dongeng). Di tempat itu ada sekelompok manusia beramai-ramai menggali sumur air untuk kebutuhan air minum tiba-tiba ada 0rang lewat dari arah barat menuju arah timur, yang tidak jauh dari lokasi sumber yang digali orang-orang itu, sebanyak tiga orang (Wong telu) pasangan suami istri. Orang tersebut ditanya dengan orang penggali sumber (sumur) itu, saudara berasal dari mana dan akan menuju kemana, orang tersebut menjawab ada yang dari Blora, ada yang dari Pati Jawa Tengah dengan tujuan tidak menentu.Orang tersebut dimohon untuk berhenti sejenak sambil istirahat, dan diajak makan-makan dengan seadanya. Setelah habis istirahat orang tersebut ikut membantu menggali sumber (sumur). Akhirnya sumur tersebut bisa mencukupi untuk minum, mandi dan mencuci. Karena sumber tersebut sangat besar maka sumur tersebut disebut Sumur Gedhe. Akhirnya ketiga keluarga dari jawa tengah tersebut ikut bertempat tinggal bersama-sama dengan orang yang menggali sumur tersebut.Setelah beberapa tahun kemudian masyarakat bertambah banyak sehingga membutuhkan pemimpin dan membutuhkan nama lingkungan/tempat. Setelah ketua pemimpin terbentuk oleh orang-orang lingkungan tersebut diberi nama Petinggi dan lingkungan itu di beri nama Wanglu (wong telu) karena petinggi tugasnya banyak dan mengurusi masyarakat morak marek (kesana kesini) kemudian diberi pembantu namanya Carek (koncone morak marek).
Karena wilayahnya luas maka dibagi menjadi tiga wilayah kerja yang di sebut Dusun diantaranya adalah :
- Dusun Krajan, orang yang bertempat tinggal disekitar rumah petinggi karena petinggi dianggap seorang raja maka lingkungan itu di beri nama Krajan yang dipimpin oleh seorang Kamituo/ Kepala Dusun namanya Kamituwo Krajan
- Dusun gayu, orang – orang yang bertempat tinggal disekitar sumber (sumur) disebut dusun Gayu karena pada waktu sumber diketemukan masyarakat banyak yang senang (guya guyu) maka lingkungan itu disebut Dusun Gayu. yang dipimpin oleh seorang Kamituo/ Kepala Dusun namanya Kamituwo Gayu
- Dusun ngebrak, karena sebelumnya tempat itu bero, dari pada bero lebih baik di jadikan tempat tinggal dan diberi nama dusun Ngebrak, yang dipimpin oleh seorang Kamituo/Kepala Dusun namanya Kamituwo ngebrak.
DAFTAR NAMA-NAMA KEPALA DESA YANG DI KETAHUI OLEH TOKOH MASYARAKAT DESA WANGLUKULON
NO | NAMA KEPALA DESA | MASA BAKTI | KET |
1 | DJAJIK | Tahun 1862 – 1865 |
|
2 | BARDJO | Tahun 1865 – 1890 |
|
3 | WARKIDJAN | Tahun 1890 – 1810 |
|
4 | RESO DIKROMO | Tahun 1910 – 1942 |
|
5 | MUNANDAR | Tahun 1942 – 1973 |
|
6 | TJIPTOMOJO | Tahun 1973 – 1990 |
|
7 | H. WARDOYO | Tahun 1990 – 2007 |
|
8 | MUNIR | Tahun 2007 – 2013 |
|
9 | SHO’IM, S.Pd.I | Tahun 2013 – 2019 |
|
10 | DARMONO, SIP | Tahun 2019 – Sekarang |
|
Demikian sepintas sejarah Desa Wanglukulon Kecamatan Senori Kabupaten Tuban, yang tertulis dalam sejarah. Desa ini masih ada yang terawat sampai sekarang yaitu Sumur Gede. Yang mana setiap tahunya setelah panen padi masih digunakan berkumpul masyarakat untuk sodakoh dan bersukur atas rohmat yang diterima dari Allah Subhanallah taala.
Where does it come from?
Contrary to popular belief, Lorem Ipsum is not simply random text. It has roots in a piece of classical Latin literature from 45 BC, making it over 2000 years old. Richard McClintock, a Latin professor at Hampden-Sydney College in Virginia, looked up one of the more obscure Latin words, consectetur, from a Lorem Ipsum passage, and going through the cites of the word in classical literature, discovered the undoubtable source. Lorem Ipsum comes from sections 1.10.32 and 1.10.33 of "de Finibus Bonorum et Malorum" (The Extremes of Good and Evil) by Cicero, written in 45 BC. This book is a treatise on the theory of ethics, very popular during the Renaissance. The first line of Lorem Ipsum, "Lorem ipsum dolor sit amet..", comes from a line in section 1.10.32.